Kang Santri : Sedikit celoteh di kota Jogja !

Mufid

Aneh,

Kira-kira tiga minggu yang lalu, ,ketika lampu merah menyetop langkah jalan para pengemudi. Juga Aku bersama indy terkesima melihat ribuan pohon, menari-nari di simpang jalan kotaghede, rantingnya naik turun, serpihan debu berterbangan laksana para lebah yang kehilangan rumahnya karena di gusur pemilik lahan atau juga seperti para demonstran 98 yang mau menurunkan dan menghapus daftar sejarah kekuasaan orde baru, tiba-tiba dan mungkin tak terduga angina yang semula memunculkan keindahan dengan berdansa kepada pepohonan menjadi garang, angin kencang yang menabrak pepohonan yang berjejer, menghentikan indy dan para pengguna jalan kota gede, mereka terkejut, terpukau, heran,bahkan bisa di katakan hati dan jantungnya berdebar kencang, indy pun tak mau ketinggalan adegan deg-degan tersebut, seketika itu juga, tanpa disengaja, ia menoleh kearah kanan dan kiri, ada seorang pak tua yang terkena rerentuhan ranting-ranting pohon, daun-daun, di susul genting-genting dari atap rumah yang berdekatan dengan si pohon, darahnya keluar bertetesan, air matanya muncul, kemudian ia pingsan,

Aneh

tak seorangpun menghampirinya, mereka hanya menjadi penonoton, dan berparkir di tengah jalan, mata mereka seakan tak mau melihatnya, barangkali mereka takut dan menjadi musibah, kalu semisal mereka menolong, maka akan berurusan dengan kepolisian, maklum kepolisian terlalu banyak ketidakjelasan dalam menangani kejadian-kejadian yang bersifat kecelakaan, perampokan dan bencana alam, kalaupuan ada , mungkin karena mengejar asuransi, ceperan istilah cangkrukanya,

Aneh, inikah yang namanya demokrasi, demokrasi yang di banggakan, yang bisa berkata bebas, bebas memilih, bebas tidak menolong, padahal negeri yang besar ini berkarakter gotong royong, apakah mungkin gotong royong sudah terkena virus demokrasi, sehingga menolong saja, sudah tak mau, apakah ini hanya fikiranku saja, salahkah aku mempertanyakan demokrasi, jangan-jangan penulis yang tidak faham akan demokrasi itu ah,,,

Baca Juga:   Wisata Ke Yogyakarta Dengan Tiket Pesawat Murah? Bisa!

Aneh,

Negri ini negri aneh, sudah menganut bebrapa faham apapun tetap saja begini, dari demokrasi terpimpin, demokrasi pancasila, sosialis, komunis, dictator sampai reformasi kapitalis, ah, memang aneh,,,apakah mungkin kita sudah tidak mengetahui siapa diri kita, mau apakah kita?, kalau di transformasikan ke dalam kebangsaan kita?, siapakah bangsa kita, budaya kita, peradaban kita, karakter kita, dan mau berjalan ke mana?,,

Saya kira sederhana sekali,,,

Aneh,

Kenapa penulis harus menulis dan berfikir seperti ini,,,!,

Jogja 24 september 2010

Hasan bashori

Mufid

Mufid adalah seorang mahasiswa jurusan Ilmu al-Qur'an dan Tafsir yang kebetulan terjun bebas di dunia Blogging dan Enterpreneur | Karena sejatinya yang senantiasa berubah adalah perubahan itu sendiri - Cicero

Tags

Related Post

Leave a Comment