Secercah Tulisan Madrasah Aliyah Dulu, ku tulis saat aku menemani Yak Yudi, Ghopur, dan Didik.
Aku adalah aku, namaku Bashori, Aku orang indonesia bukan campuran, proudk asli, aku dilahirkan di desa kecil sebuah desa yang dihimpit sawah dan bukit – bukit yang berjejer seperti barisan tentara nasional saat upacara 17 Agustus dipimpin para komandan dan dihadiri Bapak Presiden. Namanya papringan kawasan bukit lembah kidul, dari dulu lembah kidul khusus papringan sudah dikenal sebagai pusat pengahasil padi yang ternama. Aku lahir tahun 1990 disaat negriku dipimpin presiden yang sopan dan santun. Tahun kehadiranku juga bertepatan saat negriku mendapat penghargaan dari PBB karena merupakan pengahasilan pangan terbesar dikawasan ASEAN “pokoknya hebat dan heboh”tutur ibuku dikala Aku akan memejamkan mataku untuk tidur di malam hari. Aku sekolah dikawasan kota Gresik, sekolahku berjarak dari rumahku. Sungguh sangat melelahkan, bayangkan tiap hari aku harus naik angkot, dan berjalan 2 km untuk sampai kejalan raya, tapi sebenarnya sungguh bahagia Aku menjalani hari – hariku. Tiap hari Aku jalani tanpa ada protes ke orang tuaku karena Aku sadar bahwa Aku adalah anak petani desa yang pengahasilannya pas – pasan, Aku masih sangat beruntung dari pada teman selajangku yang kebanyakan sudah bekerja karena tak kuat bayar uang iuran wajib SPP sekolah kendala yang sangat membudaya dan umum di negriku apabila di desaku, kala Aku bingung mengapa bangsaku seperti ini, Aku iri pada Negara tetanggaku yang kalau sekolah gratis, mudah dijangkau, fasilitas memadai, Aku tahu itu dari koran yang kubaca dimading sekolahku. Suatu hari Aku kaget dan tercenguh, terdiam, bisu dan menetes keringat, tepat awal bulan mei, Aku disapa oleh guruku yang cantik, namanya Bu Arum, orangnya menawan dan pintar bicara tapi tentu saja masih cantik Ibuku dan gadis desa idamanku, Ibu Guruku masih muda dia seperti gadis – gadis sunda, kulitnya putih dengan rambut hitam yang panjang, wajah bersinar, ma’lum belum kawin. Beliau menghampiriku dengan tergopah – gopah layaknya sungai sedang mengalir di musim kemarau. Beliau bicara “Gimana kabarmu Bas……??”tak seperti biasa kok tiba – tiba beliau berkata seperti itu. Katanya “Besok di KANTOR PEMDA pada tanggal 25 mei 2008 pemerintah Gresik akan mengadakan perayaan 1 abad kebangkitan nasional dan akan dihadiri para tokoh nasional dan Bapak Gubernur dan tak lupa Bupati juga, kamu di instruksi langsung oleh Bapak Kepsek untuk membacakan puisi kebangkitan Nasional oleh Bapak Bupati Gresik. Untuk masalah puisi bisa kamu sendiri, yang penting ada kaitannya dengan 1 abad Kebangkitan Nasional ”. sekali lagi beliau berbicara lemah lembut dengan wajah merayu – rayu. Aku sendiri bingung snediri tanpa sadar, Aku menjawab mau dan ngga’, sahutku dengan tegas, Akupun berfikir dan memikir, malam haripun aku tak bisa lelapdalm tidurku, Dalam malam yang senyap yangtanap gairah itu, Aku memandang kehidupanku dengan hati yang hampa, Aku menjadi sangat nostalgia bila kuingat masa kanak – kanakku, SMPku dan teman sedesaku yang riang dan gembira, Aku sendiri belum tahu, kemana arah yang sebetulnya membawaku ini, tanpa tunggu waktu, aku keluar dan ambil sesobek kertas dan pena, kunyalakan lampu di depan rumahku, Aku keluar dan kupandang langit disana laut menampung segala, Aku masuk kedalam, lalu Aku mulai menulis puisi
Bangsaku, negriku
Pemimpinku dan rakyat saudaraku
Sepanjang jantungku ada
Aku akan membelamu
Bangsaku, negriku
Waktuku berjalan
Kudengar dan kulihat seorang lelaki
Dia melambaikan bendera kita
Seakan ia tak punya lotre
Bangsaku, negriku
Negri ini
Bagaikan pulau – pulau nan jauh di sana
Yang tak akan pernah dapat ku capai
Dengan keadaan kita seperti ini
Perubahan hanya soal waktu
Bangsaku, negriku
Dulu para pahlawan
Mengetuk sanubari
Dari ketuk kesekian ketuk
Demi kemerdekaan
Bangsaku, negriku
Harus dengan apa dan bagaimana
Kita minta maaf pada negri ini dan para pejuang dulu.
Kuakhiri puisi dengan menetes air mata, dalam benakku Aku masih ingat dan terbayang betapa menderitanya para pejuang dulu ketika membela dengan gigih tanah airku. Dalam buku syarah kemerdekaan ku baca diperpustakaan sekolah diwaktu istirahat, pagi tiba Aku sekolah seperti biasa dan hari – hari itu kulalui dengan susah dan bahagia. Tiba waktunya sehari sebelum upacara mulai. Ketika aku bertemu dan kadang kala juga ditanyai puisinya. “Rampung ta?”. Kujawab “Insya Allah sudah pak ”, “ya baguslah kalau gitu berjuanglah dan raihlah cita – citamu”. Iya pak”dan”tak lupa besok berangkat sama saya bas?”” iya pak””jam 07.00 acara dimulai.kita berangkat jam 06.30 bisa kan ?””iya pak” kemudian Pak Kepala sekolah menyahut “dari tadi kok bilang iya pak, iya pak”ku jawab “iya pak”. Malam harinya ku tidur denga puas.
Pukul 06.15 pagi, Aku bangun, Aku mandi, Aku sarapan, dan Aku bersiap – siap untuk lomba, ternyata kepala sekolah dan para guru undangan sudah menanti di depan rumahku dengan mobil innova dan mobil itu belum pernah Aku naiki, beruntunglah Aku, sebelum aku minta restu Ayah dan Ibuku, kemudian beliau berkata :
“Ojo grogi”
Nalikane awakmu maju neng ngarep
Wong kabeh iku podo
Seng gak podo toh polae pangkate
Lan mugi – mugi awakmu
Iso berjuang lan ngemaknai
Koyo’ pejuang lan mbah – mbahmu mbengen
Sekolah seng temen
Raih cita – citamu……………?”
Aku berpamitan dan langsung berangkat dengan mobil yang mewah dan berplat merah, Aku terbayang “ini adalah sebuah penghargaan terbesar yang belum pernah kudapati” seorang anak petani desa membaca puisi di depan para pemimpin negri ini, tiba di sana Aku menunggu 2 acara selang beberapa saat. Aku tampil dengan lantang, tanpa ada keresahan, Aku bacakan puisi yang paling menarik ialah ketika Aku membaca : Harus dengan apa kita minta maaf pada negri ini kulihat mata para tokoh dan pemimpin nasional, mereka berkata – kata seperti mendung yang ingin turun hujan dan dedaunan yang hijau yang meneteskan embun dipagi hari, kuturun dari panggung. Aplous gemuruh terdengar, Hatiku terenyuh lantas, Aku berkata dalam hatiku Aku harus bisa meraih cita – citaku, kugapai dengan jiwa ragaku, kubangun negriku, kulestarikan alamku, negriku tunggu aku disepanjang jalan hayatku.
Di tulis di kantor audiovisual
MTs. Asaa’adah II pukul
01-00-02-15
13 Juni 2008
ttd
Hasan Bashori